5.29.2011

Paradigma Masyarakat Indonesia tentang pendidikan


Dunia pendidikan di indonesia semakin haru semakin tidak karuan , dimana banyak siswa lulusan SMU bahkan sarjana strata 1 pun banyak yang jadi pengangguran , atau pun kalau mereka mendapatkan pekerjaan, yah setidaknya hanya sebatas menjadi pelayan, salesman , dll.
Dimana untuk peningkatan taraf hidup sangat jauh dari angan , hal tersebut sebenarnya terjadi karena paradigma pendidikan di negara kita ini mengajarkan “apabila kita tamat SMA atau Sarjana nanti , kita harus bekerja , baik di perusahaan swasta maupun menjadi pegawai pemerintahan”.
Hal inilah yang menyebabkan banyaknya angka pengangguran di negara kita setiap tahun semakin bertambah, karena lapangan pekerjaan hanya sedikit tetapi yang memebutuhkan pekerjaan semakin meningkat setiap tahunya.
Coba mari kita bersama – sama merenungkan kesalahan yang terjadi pada dunia pendidikan , dan yang paling fatal nya adalah pemikiran serta harapan orang tua terhadap sang anak pun hanya sebatas selesai sekolah ataupun kuliah mereka harus bekerja.
Bagi yang mampu , orang tua mereka sogok sana sini untuk menjadikan mereka pegawai swasta maupun pegawai pemerintah , hal yang sangat tidak patut di lakukan.
Maka pendidikan di negara kita ini hanya berpedoman untuk menjadikan peserta didik meraka untuk menjadi pekerja, terserah mau jadi pekerja apa , yang pentingkan kerja,hheheh..
Kalau saja di negara kita pengejara ataupun penyelenggara pendidikan mempunyai motivasi untuk menjadikan anak didik nya seorang pengusaha saat mereka menamatkan sekolah mereka , tentulah akan sangat membantu pemerintah dalam mengurangi angka pengangguran di indonesia , karena para lulusan SMA ataupun Sarjana berlomba – lomba untuk membuka lapangan pekerjaan.
Namun , yah apa yang mau di kata , kita sebagai rakyat hanya bisa melihat tanpa bisa berbuat apa2,yo wes lah..
Semoga tulisan ini bisa bermanfaat dan membuka pikiran serta wawasan para pengajar , penyelenggara dan peserta didik ni negara ini..
Amin..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar